Kemesraan Suatu hari Dikala kita duduk ditepi pantai Dan memandang Ombak dilautan yang kian menepi Burung camar Terbang bermain diderunya air Suara alam ini Hangatkan jiwa kita Sementara Sinar surya perlahan mulai tenggelam Suara gitarmu Mengalunkan melodi tentang cinta Ada hati Membara erat bersatu Getar seluruh jiwa Tercurah saat itu Kemesraan ini Janganlah cepat berlalu Kemesraan ini Ingin kukenang selalu Hatiku damai Jiwaku tentram disampingmu Hatiku damai Jiwaku tentram bersamamu Bersamamu Iwan Fals & Franky S. (Album Single 1988) Orang Pinggiran Orang pinggiran Ada di trotoar Ada di bis kota Ada di pabrik pabrik Orang pinggiran Di terik mentari Di jalan becek Menyanyi dan menari Lagunya nyanyian hati Tarinya tarian jiwa Seperti tangis bayi dimalam hari Sepinya waktu kala sendiri Sambil berbaring meraih mimpi Menatap langit langit tak perduli Sebab esok pagi kembali Orang pinggiran Didalam lingkaran Berputar putar Kembali kepinggiran Lagunya nyanyian hati Tarinya tarian jiwa Seperti tangis bayi dimalam hari Sepinya waktu kala sendiri Sambil berbaring meraih mimpi Menatap langit langit tak perduli Sebab esok pagi kembali Orang pinggiran Bukan pemalas Orang pinggiran Pekerja keras Orang pinggiran Tidak mengeluh Orang pinggiran Terus melenguh Iwan Fals, Ian Antono & Franky S. (Album Single 1995) Entah Entah mengapa Aku tak berdaya Waktu kau bisikkan Jangan aku kau tinggalkan Tak tahu dimana Ada getar terasa Waktu kau katakan Ku butuh dekat denganmu Seperti biasa Aku diam tak bicara Hanya mampu pandangi Bibir tipismu yang menari Seperti biasa Aku tak sanggup berjanji Hanya mampu katakan Aku cinta kau saat ini Entah esok hari Entah lusa nanti Entah Sungguh mati betinaku Aku tak mampu beri sayang yang cantik Seperti kisah cinta di dalam komik Sungguh mati betinaku Buang saja angan angan itu Lalu cepat peluk aku Lanjutkan saja langkah kita Rasalah Rasalah Apa yang terasa Iwan Fals ( Album Ethiopia 1986 ) Mata Indah Bola Ping Pong Pria mana yang tak suka Senyummu juwita Kalau ada yang tak suka Mungkin sedang goblok Engkau baik Engkau cantik Kau wanita Aku cinta Mata indah bola ping pong Masihkah kau kosong Bolehkah aku membelai Hidungmu yang aduhai Engkau baik Engkau cantik Kau wanita Aku puja Jangan marah kalau kugoda Sebab pantas kau digoda Salah sendiri kau manis Punya wajah teramat manis Wajar saja kalau kuganggu Sampai kapan pun kurindu Lepaskan tawamu nona Agar tak murung dunia Engkau baik Engkau cantik Kau wanita Aku cinta Aku puja Kau betina Bukan gombal Aku yang gila Jangan marah kalau kugoda Sebab pantas kau digoda Salah sendiri kau manis Punya wajah teramat manis Wajar saja kalau kuganggu Biar mampus aku rindu Lepaskan tawamu nona Agar tak murung dunia Mata indah bola ping pong Masihkah kau kosong Bolehkah aku membelai Hidungmu yang aduhai Mata indah bola ping pong Masihkah kau kosong Bolehkah aku membelai Bibirmu yang aduhai Mata indah bola ping pong Masihkah kau kosong Bolehkah aku membelai Pipimu yang aduhai Mata indah bola ping pong Masihkah kau kosong Bolehkah aku membelai Jidatmu yang aduhai Iwan Fals ( Album Wakil Rakyat 1987 ) Kumenanti Seorang Kekasih Bila mentari bersinar lagi Hatiku pun ceria kembali (asyik) Kutatap mega tiada yang hitam Betapa indah hari ini Kumenanti seorang kekasih Yang tercantik yang datang dihari ini Adakah dia akan selalu setia Bersanding hidup penuh pesona harapanku Jangan kau tak menepati janji Datanglah dengan kasihmu Andai kau tak datang kali ini Punah harapanku Iwan Fals / Yoesyono ( Album Barang Antik 1984 ) Ethiopia Dengar rintihan berjuta kepala Waktu lapar menggila Hamparan manusia tunggu mati Nyawa tak ada arti Kering kerontang meradang Entah sampai kapan Datang tikam nurani Selaksa doa penjuru dunia Mengapa tak rubah bencana Menjerit Afrika mengerang Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia Derap langkah sang penggali kubur Angkat yang mati dengan kelingking Parade murka bocah petaka Tak akan lenyap kian menggema Nafas orang-orang disana Merobek telinga Telanjangi kita Lalat-lalat berdansa cha cha cha Berebut makan dengan mereka Tangis bayi ditetek ibunya Keringkan air mata dunia Obrolan kita dimeja makan Tentang mereka yang kelaparan Lihat sekarat dilayar TV Antar kita pergi ke alam mimpi Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia ” Disana terlihat ribuan burung nazar... Terbang disisi iga iga yang keluar... Jutaan orang memaki takdirnya... Jutaan orang mengutuk nasibnya... Jutaan orang marah... Jutaan orang tak bisa berbuat apa apa... “ ” Setiap detik selalu saja ada yang merintih... Setiap menit selalu saja ada yang mengerang...” Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia “ Aku dengar jeritmu dari sini... Aku dengar... Aku dengar tangismu dari sini... Aku dengar... “ ” Namun aku hanya bisa mendengar... Aku hanya bisa sedih... Hitam kulitmu... Sehitam nasibmu kawan... ” ” Waktu kita asik makan... Waktu kita asik minum... Mereka haus... Mereka lapar... Mereka lapar... Mereka lapar... “ Iwan Fals (Album Ethiopia 1986) Pesawat Tempurku Waktu kau lewat Aku sedang mainkan gitar Sebuah lagu yang kunyanyikan Tentang dirimu Seperti kemarin Kamu hanya lemparkan senyum Lalu pergi begitu saja Bagai pesawat tempur Hei kau yang manis Singgahlah dan ikut bernyanyi Sebentar saja nona Sebentar saja hanya sebentar Rayuan mautku Tak membuat kau jadi galak Bagai seorang diplomat ulung Engkau mengelak Kalau saja aku bukanlah penganggur Sudah kupacari kau Jangan bilang tidak bilang saja iya Iya lebih baik daripada kau menangis Penguasa penguasa Berilah hambamu uang Beri hamba uang Beri hamba uang Penguasa penguasa Berilah hambamu uang Beri hamba uang Beri hamba uang Beri hamba uang Beri hamba uang Oh ya andaikata Dunia tak punya tentara Tentu tak ada perang Yang banyak makan biaya Oh oh ya andaikata Dana perang buat diriku Tentu kau mau singgah Bukan cuma tersenyum Kalau hanya senyum yang engkau berikan Westerling pun tersenyum Bersinggahlah sayang pesawat tempurku Mendarat mulus didalam sanubariku Penguasa penguasa Berilah hambamu uang Beri hamba uang Beri hamba uang Penguasa penguasa Berilah hambamu uang Beri hamba uang Beri hamba uang Beri hamba uang Beri hamba uang Beri hamba uang Beri hamba uang Beri hamba uang Beri hamba uang Beri hamba uang Beri hamba uang Beri hamba uang Beri hamba uang Beri hamba uang Iwan Fals ( Album ‘1910’ 1988 ) Galang Rambu Anarki Galang Rambu Anarki anakku Lahir awal Januari Menjelang pemilu Galang Rambu Anarki dengarlah Terompet tahun baru Menyambutmu Galang Rambu Anarki ingatlah Tangisan pertamamu Ditandai BBM membumbung tinggi Maafkan kedua orang tuamu kalau (Tak mampu beli susu) BBM naik tinggi (susu tak terbeli) Orang pintar tarik subsidi Mungkin bayi kurang gizi Galang Rambu Anarki anakku Cepatlah besar matahariku Menangis yang keras janganlah ragu Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku Doa kami di nadimu Galang Rambu Anarki dengarlah Terompet tahun baru Menyambutmu Galang Rambu Anarki ingatlah Tangisan pertamamu Ditandai BBM melambung tinggi Maafkan kedua orang tuamu kalau (Tak mampu beli susu) BBM naik tinggi (susu tak terbeli) Orang pintar tarik subsidi Anak kami kurang gizi Galang Rambu Anarki anakku Cepatlah besar matahariku Menangis yang keras janganlah ragu Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku Doa kami di nadimu Cepatlah besar matahariku Menangis yang keras janganlah ragu Hantamlah sombongnya dunia buah hatiku Doa kami di nadimu Iwan Fals ( Album Opini 1982 ) Surat Buat Wakil Rakyat Untukmu yang duduk sambil diskusi Untukmu yang biasa bersafari Disana di gedung DPR Wakil rakyat kumpulan orang hebat Bukan kumpulan teman teman dekat Apalagi sanak famili Dihati dan lidahmu kami berharap Suara kami tolong dengar lalu sampaikan Jangan ragu jangan takut karang menghadang Bicaralah yang lantang jangan hanya diam Dikantong safarimu kami titipkan Masa depan kami dan negeri ini Dari Sabang sampai Merauke Saudara dipilih bukan di lotere Meski kami tak kenal siapa saudara Kami tak sudi memilih para juara Juara diam juara he eh juara hahaha Untukmu yang duduk sambil diskusi Untukmu yang biasa bersafari Disana di gedung DPR Dihati dan lidahmu kami berharap Suara kami tolong dengar lalu sampaikan Jangan ragu jangan takut karang menghadang Bicaralah yang lantang jangan hanya diam Wakil rakyat seharusnya merakyat Jangan tidur waktu sidang soal rakyat Wakil rakyat bukan paduan suara Hanya tahu nyanyian lagu “setuju” Wakil rakyat seharusnya merakyat Jangan tidur waktu sidang soal rakyat Wakil rakyat bukan paduan suara Hanya tahu nyanyian lagu “setuju” Wakil rakyat seharusnya merakyat Jangan tidur waktu sidang soal rakyat Wakil rakyat bukan paduan suara Hanya tahu nyanyian lagu “setuju” Wakil rakyat seharusnya merakyat Jangan tidur waktu sidang soal rakyat Wakil rakyat bukan paduan suara Hanya tahu nyanyian lagu “setuju” Iwan Fals ( Album Wakil Rakyat 1987 ) Belum Ada Judul Pernah kita sama sama susah Terperangkap didingin malam Terjerumus dalam lubang jalanan Digilas kaki sang waktu yang sombong Terjerat mimpi yang indah Lelah Pernah kita sama sama rasakan Panasnya mentari hanguskan hati Sampai saat kita nyaris tak percaya Bahwa roda nasib memang berputar Sahabat masih ingatkah Kau Sementara hari terus berganti Engkau pergi dengan dendam membara Dihati Cukup lama aku jalan sendiri Tanpa teman yang sanggup mengerti Hingga saat kita jumpa hari ini Tajamnya matamu tikam jiwaku Kau tampar bangkitkan aku Sobat Sementara hari terus berganti Engkau pergi dengan dendam membara Dihati Iwan Fals ( Album Belum Ada Judul 1992 ) Lancar Sejak palapaku mengorbit ke angkasa Kemajuan teknologiku semakin menggila Komunikasipun bertambah mudah Walau itu jauh di luar kota Disana sini dan dimana mana Terlihat berita tentang pembangunan Terciptalah kini pemerataan Bangsaku kini telah dipintu kemajuan Tinggal semua perlu kesadaran Jangan kita berpangku tangan Teruskan hasil perjuangan Dengan jalan apa saja yang pasti kita temukan Asal jangan pembangunan Dijadikan korban Asal jangan pembangunan Hanya untuk si tuan Polan Disana sini dan dimana mana Terlihat berita tentang pembangunan Terciptalah kini pemerataan Bangsaku kini sudah diambang kemajuan Tinggal semua perlu kesadaran Jangan kita berpangku tangan Teruskan hasil perjuangan Dengan jalan apa saja yang pasti kita temukan Asal jangan pembangunan Dibuat kesempatan Asal jangan pembangunan Dijadikan korban Asal jangan pembangunan Bikin resah kaum susah Asal jangan pembangunan Bikin mandul hutan gundul Asal jangan pembangunan Bikin gendut kulit perut Asal jangan pembangunan Bikin subur kaum makmur Asal jangan pembangunan Bikin kotor meja kantor Asal jangan pembangunan Buat senang cacing cacing Iwan Fals ( Album Lancar 1987 ) Celoteh Camar Tolol Dan Cemar Api menjalar dari sebuah kapal Jerit ketakutan Keras melebihi gemuruh gelombang Yang datang Sejuta lumba lumba mengawasi cemas Risau camar membawa kabar Tampomas terbakar Risau camar memberi salam Tampomas Dua tenggelam Asap kematian Dan bau daging terbakar Terus menggelepar dalam ingatan Hatiku rasa Bukan takdir tuhan Karena aku yakin itu tak mungkin Korbankan ratusan jiwa Mereka yang belum tentu berdosa Korbankan ratusan jiwa Demi peringatan manusia Korbankan ratusan jiwa Mereka yang belum tentu berdosa Korbankan ratusan jiwa Demi peringatan manusia Bukan bukan itu Aku rasa kita pun tahu Petaka terjadi Karena salah kita sendiri Datangnya pertolongan Yang sangat diharapkan Bagai rindukan bulan Lamban engkau pahlawan Celoteh sang camar Bermacam alasan Tak mau kami dengar Di pelupuk mata hanya terlihat Jilat api dan jerit penumpang kapal Tampomas sebuah kapal bekas Tampomas terbakar di laut lepas Tampomas tuh penumpang terjun bebas Tampomas beli lewat jalur culas Tampomas hati siapa yang tak panas Tampomas kasus ini wajib tuntas Tampomas koran koran seperti amblas Tampomas pahlawanmu kurang tangkas Tampomas cukup tamat bilang naas Iwan Fals ( Album Sumbang 1983 ) Antara Aku Kau Dan Bekas Pacarmu Tabir gelap yang dulu hinggap Lambat laun mulai terungkap Labil tawamu tak pasti tangismu Jelas membuat aku sangat ingin mencari Apa yang tersembunyi Dibalik manis senyummu Apa yang tersembunyi Dibalik bening dua matamu Dapat kutemui mengapa engkau tak pasti Lalu aku coba untuk mengerti Saat engkau tiba disimpang jalan Lalu kau bimbang untuk tentukan arah mana dekat tujuan ( kau bimbang tentukan arah tujuan ) Jalan gelap yang kau pilih Penuh lubang dan mendaki Jalan gelap yang kau pilih Penuh lubang dan mendaki Jalan gelap yang kau pilih Penuh lubang dan mendaki Jalan gelap yang kau pilih Penuh lubang dan mendaki Jalan gelap yang kau pilih Penuh lubang dan mendaki Jalan gelap yang kau pilih Penuh lubang dan mendaki Iwan Fals ( Album Opini 1982 & Album AAKDBP 1988 ) Sugali Sua sua sua suara berita Tertulis dalam koran Tentang seorang lelaki yang sering keluar masuk bui Jadi buronan polisi Dar der dor suara senapan Sugali anggap petasan Tiada rasa ketakutan punya ilmu kebal senapan Semakin lupa daratan Lihat sugali menari Di lokasi WTS kelas teri Asik lembur sampai pagi Usai garong hambur uang peduli setan Di di du Di du da di du Di di du di du du Di di du Di du da di du Di du da di du di da di du di da du Ramai gunjing tentang dirimu Yang tak juga hinggap rasa jemu Suram hari depanmu Rasa was was mata beringas Menunggu datang peluru yang panas Di waktu hari naas Oh bisik jangkrik ditengah malam Tenggelam dalam suara letusan Kata berita di mana mana Tentang Sugali tak tenang lagi dan lari sembunyi Tar ter tor suara senapan Sugali anggap petasan Tiada rasa ketakutan punya ilmu kebal senapan Sugali makin keranjingan Lihat sugali menari Di lokasi WTS kelas teri Asik joget sampai lecet Genit gelitik cewek binal paling busyet Di di du Di du da di du Di di du di du du Di di du Di du da di du Di du da di du di da di du di da du Iwan Fals ( Album Sugali 1984 ) Tikus Tikus Kantor Kisah usang tikus tikus kantor Yang suka berenang di sungai yang kotor Kisah usang tikus tikus berdasi Yang suka ingkar janji lalu sembunyi Dibalik meja teman sekerja Didalam lemari dari baja Kucing datang cepat ganti muka Segera menjelma bagai tak tercela Masa bodoh hilang harga diri Asal tak terbukti ah tentu sikat lagi Tikus tikus tak kenal kenyang Rakus rakus bukan kepalang Otak tikus memang bukan otak udang Kucing datang tikus menghilang Kucing kucing yang kerjanya molor Tak ingat tikus kantor datang menteror Cerdik licik tikus bertingkah tengik Mungkin karena sang kucing pura pura mendelik Tikus tau sang kucing lapar Kasih roti jalanpun lancar Memang sial sang tikus teramat pintar Atau mungkin si kucing yang kurang ditatar Iwan Fals ( Album Ethiopia 1986 ) Mimpi Yang Terbeli Berjalan di situ Di pusat pertokoan Melihat-lihat barang-barang Yang jenisnya beraneka ragam Cari apa di sana Pasti tersedia Asal uang di kantong cukup Tentu tak ada soal Aku ingin membeli Kamu ingin membeli Kita ingin membeli Semua orang ingin membeli Apa yang dibeli ? Mimpi yang terbeli Sebab harga barang tinggi Tiada pilihan selain mencuri Sampai kapan mimpi mimpi itu kita beli ? Sampai nanti sampai habis terjual harga diri Sampai kapan harga harga itu melambung tinggi ? Sampai nanti sampai kita tak bisa bermimpi Segala produksi ada disini Menggoda kita untuk memiliki Hari hari kita berisi hasutan Hingga kita tak tahu diri sendiri Melihat anak kecil Mencuri mainan Yang harganya tak terjangkau Oleh bapaknya yang maling Iwan Fals ( album ‘1910’ 1988 ) Sarjana Muda Berjalan seorang pria muda Dengan jaket lusuh dipundaknya Disela bibir tampak mengering Terselip sebatang rumput liar Jelas menatap awan berarak Wajah murung semakin terlihat Dengan langkah gontai tak terarah Keringat bercampur debu jalanan Engkau sarjana muda Resah mencari kerja Mengandalkan ijazahmu Empat tahun lamanya Bergelut dengan buku Tuk jaminan masa depan Langkah kakimu terhenti Didepan halaman sebuah jawatan Terjenuh lesu engkau melangkah Dari pintu kantor yang diharapkan Terngiang kata tiada lowongan Untuk kerja yang didambakan Tak perduli berusaha lagi Namun kata sama kau dapatkan Jelas menatap awan berarak Wajah murung semakin terlihat Engkau sarjana muda Resah tak dapat kerja Tak berguna ijazahmu Empat tahun lamanya Bergelut dengan buku Sia sia semuanya Setengah putus asa dia berucap... maaf ibu... Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981) Guru Umar Bakri Tas hitam dari kulit buaya Selamat pagi berkata bapak Umar Bakri Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali Tas hitam dari kulit buaya Mari kita pergi memberi pelajaran ilmu pasti Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu Laju sepeda kumbang dijalan berlubang Selalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang Banyak polisi bawa senjata berwajah garang Bapak Umar Bakri kaget apa gerangan? “Berkelahi pak!” jawab murid seperti jagoan Bapak Umar Bakri takut bukan kepalang Itu sepeda butut dikebut lalu cabut kalang kabut (Bakri kentut) cepat pulang Busyet... standing dan terbang Umar Bakri Umar Bakri Pegawai negeri Umar Bakri Umar Bakri Empat puluh tahun mengabdi Jadi guru jujur berbakti memang makan hati Umar Bakri Umar Bakri Banyak ciptakan menteri Umar Bakri Profesor dokter insinyurpun jadi (Bikin otak orang seperti otak Habibie) Tapi mengapa gaji guru Umar Bakri Seperti dikebiri Bakri Bakri Kasihan amat loe jadi orang Gawat Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981) Aku Sayang Kamu Susah susah mudah kau kudekati Kucari engkau lari kudiam kau hampiri Jinak burung dara justru itu kusuka Bila engkau tertawa hilang semua duka Gampang naik darah omong tak mau kalah Kalau datang senang nona cukup ramah Bila engkau bicara persetan logika Sedikit keras kepala ah dasar betina Ku suka kamu Sungguh suka kamu Ku perlu kamu Sungguh perlu kamu Engkau aku sayang sampai dalam tulang Banyak orang bilang aku mabuk kepayang Aku cinta kamu bukan cinta uangmu Aku puja selalu setiap ada waktu Ku suka kamu Sungguh suka kamu Ku perlu kamu Sungguh perlu kamu Langsat kuning cina warna kulit nona (Rambut kepang dua kadang ekor kuda) Bibir merah muda lesung pipit pun ada Wajah cukup lumayan dapat poin enam Kalau nona berjalan rembulan pun padam Iwan Fals ( Album Aku Sayang Kamu 1986 ) Sore Tugu Pancoran Si Budi kecil kuyup menggigil Menahan dingin tanpa jas hujan Di simpang jalan tugu pancoran Tunggu pembeli jajakan koran Menjelang maghrib hujan tak reda Si Budi murung menghitung laba Surat kabar sore dijual malam Selepas isya melangkah pulang Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Anak sekecil itu sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepang Cepat langkah waktu pagi menunggu Si Budi sibuk siapkan buku Tugas dari sekolah selesai setengah Sanggupkah si Budi diam di dua sisi Iwan Fals ( Album Sore Tugu Pancoran 1985 )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar