Hijaukan Dunia Hutanku... Rusak ! Langitku... Bocor ! Udara yang aku hisap... Tercemar ! Makanan yang aku makan... Racun ! Hijau Hijauku Hijau Hijau Hijau Dunia ! ... Hijau ... (Iwan Fals - Hijau - Album Hijau 1992) Salah siapa ? Apa yang salah ? Mengapa cari-cari kesalahan ? Bukankah sudah ada undang-undang ? Tetapi mengapa masih saja bisa dikalahkan dengan segepok uang ? Lantas kita semua yang menanggung akibatnya. Sedangkan mereka disana cukup menonton berita dari TV sambil makan kaviar. Lagu Enam Kemana perginya mainanku ? Mobil mobilan dari kulit jeruk Kuda kudaan dari pelepah pisang Entah kemana perginya Sekarang sulit membedakan Mana mainan mana sungguhan Semua mahal Semua harus dibeli di toko toko penggoda hati Minta ampun harga mainan kini Ada yang seharga gaji menteri Terbuat dari plastik maupun besi Hanya untuk gengsi anak bayi Tak ada lagi bocah berkreasi Semua sudah tersedia Mereka menjadi cengeng dan manja Kejernihan otaknya pun sirna Mana mainanku yang dulu ? Aku ingin melihat bentuknya Aku ingin mengingat nama namanya Yang pernah akrab dengan kehidupan ini Iwan Fals ( Album Hijau 1992 ) Lagu Lima Anjing hitam kepala dan kakinya kuning Sendiri tertidur Luka luka di punggungnya Melebam menunggu lalat Anjing hitam kepala dan kakinya kuning Kawini ibunya dan beranak lagi Seperti sebagian manusia Seperti sebagian manusia Anjing hitam anaknya hitam Menunggu seperti kita Lukanya yang melebam Memberi kesaksian bagi kehidupan Kaki depan kanannya pincang Ditabrak tank ketika latihan didepan Kaki depan kanannya pincang Ditabrak tank ketika latihan didepan Kaki depan kanannya pincang Ditabrak tank ketika latihan didepan Kaki depan kanannya pincang Ditabrak tank ketika latihan didepan Anjingku menggonggong Protes pada situasi Hatiku melolong Protes pada kamu Anjingku menggonggong Protes pada situasi Hatiku melolong Protes pada kamu Anjingku menggonggong Hatiku melolong Anjingku menggonggong Anjingku menggonggong Anjingku menggonggong Anjingku menggonggong Anjingku menggonggong Anjingku menggonggong Iwan Fals ( Album Hijau 1992 ) Lagu Empat Kenapa banyak orang ingin menang ? Apakah itu hasil akhir kehidupan ? Kenapa kekalahan menjadi aib ? Apakah itu kesalahan manusia ? Demi kemenangan rela membunuh Demi kemenangan rela memperkosa Apa saja akan kamu tempuh Agar kemenangan dapat diraihnya Kenapa kebenaran tak lagi dicari ? Sudah tak pentingkah bagi manusia ? Apakah kebenaran tinggal kata kata ? Dari bibir pemenang pemenang semu Aku menjadi lelah dan sangsi Terhadap kemenangan kemenangan itu Biarlah aku kalah asal tak memperkosa Biar saja aku tak menang Asalkan tak menginjak nuraninya Aku tidak ingin menang Aku hanya ingin benar Walau harus menggali sukma bumi Merenangi gelombang samudera Aku tidak ingin menang Aku hanya ingin benar Walau harus menggali sukma bumi Merenangi gelombang samudera Iwan Fals ( Album Hijau 1992 ) Lagu Tiga Aku tunggu kamu di tempat ini Di puncak bukit yang sepi dan dingin Aku percaya kamu pasti sampai Rasa dan akal sehatku mengatakan itu Saudaraku Singkatnya hari yang kita punya Begitu banyak memberi makna Sudah saatnya aku kembali Sudah waktunya kamu mulai Saudaraku Disini Aku sendiri Datanglah Bukit yang sepi Bukit yang dingin Tak kan membuatmu tersiksa Saudaraku Aku percaya Kita harus mulai bekerja Persoalan begitu menantang Satu niat satulah darah kita Kamu adalah kamu Aku adalah aku Kita harus mulai bekerja Persoalan begitu menantang Satu niat satulah darah kita Kamu adalah kamu Aku adalah aku Iwan Fals ( Album Hijau 1992 ) Lagu Dua Jakarta sudah habis Musim kemarau api Musim penghujan banjir Jakarta tidak bersahabat Api dan airnya bencana Entah karena kebodohan kecerobohan Atau keserakahan Jakarta sudah habis Diatasnya berdiri bangunan bangunan industri Disekitar bangunan bangunan itu Bangunin bangunin memproduksi belatung Jakarta sudah habis Warna tanahnya merah kecoklat coklatan Mirip dengan darah Mirip dengan api Mirip dengan air mata Tanah Jakarta sedang gelisah Jangan lagi dibuat marah Tanah Jakarta sedang gelisah Jangan lagi dibuat marah Jakarta sudah habis Dijalan jalan marah ( Dijalan ) Dijalan marah marah Dirumah rumah marah ( Dirumah ) Dirumah marah marah Apa enaknya ? Jakarta sudah habis Empat puluh persen rakyatnya Beli air dari PAM Sisanya gali sendiri Persoalannya gali pakai apa ? Tentu saja gali pakai duit Duitnya terbuat dari air mata asli Jakarta sudah habis Sebentar lagi kita akan menjual Air mata kita sendiri Karena air mata kita Adalah air kehidupan Jakarta sudah habis Tetapi Indonesia bukan hanya Jakarta Jakarta Jakarta Cuma enak buat cari duit Nah kalau duit sudah punya Hijrah saja Hijrah saja Hijrah saja Hijrah saja Tanah Jakarta sedang gelisah Jangan lagi dibuat marah Tanah Jakarta sedang gelisah Jangan lagi dibuat marah Jakarta Jakarta Jakarta Hijrah saja Jakarta sudah habis Musim kemarau api Musim penghujan banjir Jakarta tidak bersahabat Api dan airnya bencana Entah karena kebodohan kecerobohan Atau keserakahan Jakarta sudah habis Jakarta sudah habis Iwan Fals ( Album Hijau 1992 ) Hijau Hutanku, Rusak ! Langitku, Bocor ! Udara yang aku hisap, Tercemar ! Makanan yang aku makan, Racun ! Hijau Hijauku Hijau Hijau Hijau Dunia Hijau Hijauku Hijau Hijau Dunia Hijau Hijauku Hijau Hijau Dunia Hijau Hijauku Hijau Hijau Dunia Hijau Iwan Fals ( Album Hijau 1992 ) Lagu Satu Jalani hidup Tenang tenang tenanglah seperti karang Sebab persoalan bagai gelombang Tenanglah tenang tenanglah sayang Tek pernah malas Persoalan yang datang hantam kita Dan kita tak mungkin untuk menghindar Semuanya sudah suratan Oh matahari Masih setia Menyinari rumah kita Tak kan berhenti Tak kan berhenti Menghangati hati kita Sampai tanah ini inginkan kita kembali Sampai kejenuhan mampu merobek robek hati ini Sebentar saja Aku pergi meninggalkan Membelah langit punguti bintang Untuk kita jadikan hiasan Tenang tenang tenanglah sayang Semuanya sudah suratan Tenang tenang seperti karang Bintang bintang jadikan hiasan Berlomba kita dengan sang waktu Jenuhkah kita jawab sang waktu Bangkitlah kita tunggu sang waktu Tenanglah kita menjawab waktu Seperti karang Tenanglah Seperti karang Tenanglah Iwan Fals ( Album Hijau 1992 )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar