fals.. hanya seperti angin
Rockers tak ubahnya orang suci. Bahkan dipuja layaknya 'seorang' dewa. Gerak tangan seorang bintang rock terkadang bisa menyulut gelombang. Atau pada saat lain, lambaian tangannya bisa membuat publik terbengong-bengong. Apa yang diucapkanseorang maha bintang acap melekat dibenak - diingat - tak ubahnya deretan rumus atau dalil yang harus ditaati. Lirik lagunya diulang-ulang, seperti merapal doa saja........
Itulah sepenggal ''catatan redaksi" yang sempat ditulis di Majalah Hai 13/XIII(28Maret - 3April),yang mengangkat Iwan Fals sebagai "laporan utama",yang berkaitan dengan kasus dibatalkannya tur100 kotanya.
Setelah 13 tahun, ada yng berubah dari sosok Iwan Fals?
Jelas banyak, seperti helai rambut yang kini menghiasi kepalanya.
Tapi adakah setiap helai uban dikepalanya punya cerita tersendiri?
Mungkin saja.
Satu helai, mungkin bercerita tentang Omar Bakrie - yang setelah republik ini punya 4 presiden pun - masih sering disunat gajinya.
Satu helai lagi, mungkin berkisah tentang, Bento - yng setelah - dan masih - didera krisis ekonomi pun malah makin banyak berseliweran di negeri ini.
Satu helai lainnya, mungkin juga berkisah tentang Belalang Tua - yang kini sudah terkulai, tapi kini menetaskan ratusan, bahkan ribuan "belalang muda" yang pasti lebih lapar, lebih rakus.
Stau helai berikutnya, mungkin saja mengungkapkan tentang Buku Ini Aku Pinjam - yang telah berganti judul dan lirik menjadi..."mobil ini aku pinjam..", atau "di mal depan sekolah di sana kenal dirimu.....".
Dan helai-helai lainnya, mungkin saja mencatat nikmat dan pahitnya perjalanan hidupnya. Penemuan, dan kehilangannya. Pencerahan, dan pasti juga "malam-malam gelapnya".
Tapi,adakah yang sesungguhnya berubah dari sosok IwanFals?
Jika pun ada,mungkin tidak banyak. Karena, ngga banyak sosok seperti Iwan Fals. Memang, album-albumnya tak pernah diklaim,apalagi diumumkan laris sampai juta-jutaan keping. Tpai adakah yang bisa menyangkal jika ia punya barisan yang kalo dijejer bisa jutaan kepala jumlahnya?
Tak banyak sosok seperti Iwan Fals. Yang setelah riwa riwi di blantika musik lebih dari 20 tahun, tapi tak pernah hilang dari jejeran poster yang dijajakan di pinggir jalan, emperan toko, atau diatas jembatan penyebrangan.
Dan, adkah Iwan Fals berdiri dalam barisan "kaum seleb"- yang belakangan ini koq merasa mudah sekali punya "kartu anggota"?
Mungkin tidak.
Ia, mungkin merasa tidak pantas mengenakan setelan jasyang harganya bisa 10 kali gaji "Omar Bakrie",atau perutnya merasa mulas jika harus menyantap seporsi makanan seharga "uang muka RSS".
Inikah bentuk keberpihakkannya kepada "kaum pinggiran" atau mereka yang terpaksa atau dipaksa dipinggirkan?
Iwan, bisa jadi tidak mengklaim begitu.
Karena banyak dari kita yang sesungguhnya bisa melakukan yang sama. Karena banyak dari kita toh dibekali "nurani" yang serupa.
Yang membedakan, banyak dari kita yang lupa, dan ragu untuk jujur.
Dan Iwan Fals, bukannya tk pernah "lupa", tapi paling tidak ia berani mengungkapkan apa yang perlu dikatakannya, dan berusaha untuk jujur.
Setelah 13 tahun, saya cuma bisa menegaskan,Iwan Fals tetap bukan bintang, apalagi maha bintang.Karena, ia begitu dekat, begitu jelas terlihat, dan bukan pula bintang, karena secemerlang apapun bintang toh akan pudar cahyanya, dan kemudian mati.
Jika pun ia harus "menjadi sesuatu", Iwan Flas mungkin tak lebih sebagai "angin"- yang bisa menggoyahkan dedaunan, membuat riak genangan air, tapi tak perlu menjadi puyh atau tornado.
(iwan)
0 komentar:
Posting Komentar